Bertandang ke Kampung Sasirangan

Tidak jauh dari Menara Pandang kota Banjarmasin, kita bisa menemukan satu kawasan para perajin kain sasirangan. Lazim disebut Kampung Sasirangan. Sasirangan merupakan salah satu produk khas Banjar yang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Banjarmasin. Dahulu, Kampung Sasirangan dikenal sebagai Kampung Wadai alias Kampung Kuenya Kota Banjar. Setelah berubah haluan, ragam kue khas dari kampung ini hanya dapat dinikmati saat Bulan Ramadhan saja.

Layaknya penghasil kain tradisional lainnya, di Kampung Sasirangan kita bisa menemukan puluhan rumah merangkap toko kain. Kami pun berkesempatan melihat proses pembuatan pola sasirangan yang digambar secara manual. Pola tersebut selanjutnya dijelujur dengan jarak tak lebih dari setengah centimeter. Proses menjelujur inilah yang menjadi ciri khas teknik pembuatan kain sasirangan. Sasirangan itu sendiri berasal dari kata sirang, yang artinya tidak lain adalah menjelujur.

Meski sekilas tampak sama dengan teknik kain ikat celup seperti jumputan Palembang dan shibori dari Jepang, jika kain sasirangan ditelisik lagi dengan cermat, kita akan menemukan bekas tusukan jarum di sepanjang motif kain yang membedakannya dengan kain jumputan.

Selesai menjelujur satu motif, pastikan Anda memberi sisa benang di ujung jelujuran yang benangnya telah dimatikan. Sisa benang inilah yang nantinya akan ditarik sedemikian rupa, yang kemudian ditutup rapat menggunakan karet. Penutupan ini dilakukan untuk mempermudah proses pewarnaan. Bagian yang tertutup akan dibuka saat akan diwarnai. Teks: Retno Septyorini / Foto: Vebrio Kusti Alamsyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X